Antara kelezatan dan efek yang ditimbulkan...
Mie......??????????????
DokterSehat.com
– Bagaimanapun mie instan tidak bisa menggantikan makan penuh
(wholesome food) dan hanya bisa di jadikan makanan bantu sementara
(selingan) dan tidak boleh di konsumsi secara terus menerus karena
berakibat sangat buruk bagi kesehatanhal it disebabkan kandungan zat
(campuran dalam pembuatan ) mie instan. Disamping itu mie instan tidak
memenuhi kebutuhan gizi seimbang bagi tubuh . Walaupun di dalam mie
instan terdapat kandungan karbohidrat dalam jumlah besat tetapi
kandungan vitamin, mineral maupun protein yang ada didalamnya sangat
sedikit. Hal itu berbeda jika makan mie instan dengan campuran bahan
lain yang mengandung vitamin seperti penampahan jenis sayuran seperti
wortel, sawi, tomat dll,
Sumber protein bisa juga di dapatkan jika di tambah seperti telor,
ikan , tempe, daging dsb.. Satu takaran saji mie instan yang berjumlah
80 gram dapat menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20%
dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energiyang disumbangkan
dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain yang kurang
disadari adalah kandungan minyak dalam mie instan yang dapat mencapai
30% dari bobot kering. Hal tersebut perlu diwaspadai bagi penderita
obesitas atau mereka yang sedang menjalani program penurunan berat
badan.
Ternyata mie instan bukan cuma kandungan nutrisinya yang kurang, tapi
juga bisa merugikan kesehatan bagi mereka-mereka yang mengkomsumsi
salah satunya menurut dokter mie instan penyebab timbulnya kanker, hal
itu disebabkan oleh zat lilin sebagai campuran pembuatan mie instan yang
berfungsi agar mie instan tidak lengket saat dimasak. Walaupun hasil
dari penelitian Badan POM isu lilin yang ada dalam mie instan dinyatakan
tidak benar
Isu Lilin di Mie Instan.
Isu ini ternyata itu tidak benar. Mengenai isu lilin pada mie instan,
Badan POM mengatakan tidak menemukan adanya bahan tersebut. Mengenai
penggunaan lilin ini pun dibantah oleh salah satu produsenmie instan di
Indonesia, PT Indofood. “Geletinasasi pada mie disebabkan mie dibuat
dengan pengukusan dan penggorengan. Jadi, isu lilin kan isu lama yang
tidak benar,” kata Siegfried, Public Relation PT Indofood cabang Jawa
Barat.
Sanggahan dari Billy N. ini membantah isu yang pernah dimuat di harian Pikiran Rakyat:
Menanggapi artikel yang ditulis oleh Bpk.Agus Rakasiwi, ‘Hindari Makan
Mie Instan Setiap Hari’ di ‘PR’ hari Kamis, 2 November 2006 halaman 21
(’Kampus’). Ada beberapa kesalahan yang fatal dimuat di artikel tersebut
yang dibaca oleh sangat banyak orang.
Saya tahu kalau artikel tersebut bertujuan baik, namun banyak isi
artikel tersebut yang dikutip dari sumber-sumber yang tidak jelas,
termasuk e-mail yang di-forward dari milis ke milis yang isinya sebagian
besar adalah bohong & penulisnya tidak jelas (tergolong ’spam’),
misalnya soal isu mie instan yang dilapisi lilin, padahal setahu saya,
itu sama sekali tidak benar.
Kalau betul begitu, maka di air rebusan mie instan ketika dimasak
akan ‘mengapung’ lilin cair. Juga, di daftar komposisi mi tidak
dicantumkan apapun yang berkaitan dengan lilin.
Terlepas dari segi kesehatannya, mie instan sendiri sering
menimbulkan cerita yang unik dan menarik bahkan tragis, misalnya
gontok-gontokan gara-gara mi instan:
Ketua Kloter 31 SOC menceritakan pengalamannya. Saat mengambil jatah mie
instan bagi kloter 31, dia melihat jemaah haji saling berebut. Lebih
parah lagi, beberapa jemaah cekcok mulut dan adu fisik untuk mendapatkan
mi instan. ”Saya membayangkan risiko murka Tuhan yang melihat hamba-Nya
berebut mie instan di tanah haram dan mustajab di Arafah,” ujarnya.
Suasana tegang masih terus berlanjut. Saat itu, rombongan penulis
sedang tafakur bersama untuk memanjatkan doa kepada Allah di tempat
mustajab ini. Tak jauh dari tempat ituada kelompok jemaah haji tengah
bagi-bagi mie instan, dan ternyata ada yang tidak kebagian.
Ketua rombongannya mengumumkan, siapa yang dapat jatah double harap
mengembalikannya. Dosa bagi siapa saja yang mengambil jatah orang lain.
Suasana seperti ini terus berlanjut hingga rebutan air panas untuk
merebus mie instan.
Informasi selanjutnya juga memberikan peringatan bagi mereka yang menderita hipertensi, maag, dan autisme:
Kelemahan dari konsumsi mie instan adalah kandungan natriumnya yang
tinggi. Natrium yang terkandung dalam mie instan berasal dari garam
(NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang yang umum digunakan
adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1% dari bobot total mie instan
per takaran saji.
Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita maag
dan hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan natrium yang tinggi akan
menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih
banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung yang tinggi akan
berakibat pada pengikisan dinding lambung dan menyebabkan rasa perih.
Sedangkan bagi penderita hipertensi, natrium akan meningkatkan tekanan
darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na dan K) di
dalam darah dan jaringan.
Kelemahan lain mie instan adalah tidak dapat dikonsumsi oleh
penderita autisme. Hal tersebut disebabkan karena mie instan mengandung
gluten, substansi yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita autisme.
Mie Instan membuat kita lebih cepat lapar dari pada makan nasi:
Namun, sifat karbohidrat dalam mie berbeda dengan sifat yang terkandung
di dalam nasi. Sebagian karbohidrat dalam nasi merupakan karbohidrat
kompleks yang memberi efek rasa kenyang lebih lama. Sedangkan
karbohidrat dalam mie instan sifatnya lebih sederhana sehingga mudah
diserap. Akibatnya, mie instan memberi efek lapar lebih cepat dibanding
nasi
Dan untuk makan mie instan “dengan baik,” sebaiknya diberi lauk-pauk yang lain terutama sayuran yang berserat:
Namun, untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam tubuh, satu bungkus mie
belumlah cukup. Jika melihat iklan di layar televisi, cara makan mie
yang baik adalah dengan menambah menu yang berasal dari bahan dasar
hewani dan sayur-sayuran berserat.
Iklan mie di layar kaca menampilkan kebiasaan orang makan mie instan
dengan tambahan menu seperti ayam, ikan, telur, kangkung, wortel, dan
kapri. Pada bungkus mi pun terdapat gambar penyajian mie dengan menu
tadi. Lalu apakah ini sekadar menarik perhatian ? Tentu saja tidak.
Bahan dasar hewani menyediakan sumber protein, sedangkan
sayur-sayuran berserat dapat menambah vitamin. Selain itu, sayuran
berserat berperan pula untuk menetralisasi kandungan lemak.
Menurut seorang ahli gizi klinik, Juniarta Alidjaja, orang yang
kebanyakan makan mie instan tanpa diimbangi makanan berserat berpotensi
mengalami gangguan kesehatan. Hal ini karena mie mengandung karbohidrat
sederhana, lemak, dan kadar natrium tinggi. Misalnya obesitas, kenaikan
kadar gula darah, kenaikan tensi tubuh dan lain-lain.
Jadi masihkan anda makan mie instan setiap hari?
Others opinion
MAKSUD hati membantu suami menambah penghasilan, apa daya anak jadi
korban. Akibat kerap meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna
Sutika (32) kini harus menelan pil pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk
hingga harus dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi
instan karena di rumah tak ada orang yang memasakkan makanan untuknya.
Berikut cerita Erna.
Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, membantu
keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang
mencukupi kebutuhan keluarga.
Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tak jauh dari
rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja, Hilal kutitipkan kepada
ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku,
sih, karena sebelumnya, aku juga suka memberinya makanan itu jika sedang
tidak masak.
Ternyata, Hilal jadi “tergila-gila” makanan itu. Ia akan mengamuk dan
mogok makan jika tak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan,
ibuku akhirnya hanya mengalah dan menuruti kemauan Hilal. Lagi pula,
kalau tidak diberi, Hilal pasti akan membeli sendiri mi instan di warung
dekat rumah dengan uang jajan yang kuberikan. Praktis, sehari dua kali
ia makan mi instan.
Dua kali dipotong
Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit
biasa. Anehnya, setelah tiga hari, sakitnya tak kunjung hilang dan
ditambah ia tidak bisa buang air besar. Gara-gara itulah perutnya
membesar.
Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat rumah. Karena tetap tidak ada
perubahan, kami kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Ternyata
hasil pemeriksaan dokter lebih menyeramkan dari yang kuduga. Kupikir,
cukup dengan obat pencahar perut, sakit Hilal bisa segera sembuh.
Rupanya tak segampang itu.
Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal harus segera
dioperasi karena beberapa bagian di ususnya bocor dan membusuk. Ketika
kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akibat dari kandungan
makanan yang Hilal konsumsi selama ini tidak sehat dan membuat ususnya
rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu sering menyantap mi instan.
Astagfirullah….
Atas rujukan dokter, kami kemudian membawa Hilal ke RS Hasan Sadikin,
Bandung, dengan alasan peralatan medis di RS itu lebih lengkap. Sejak
awal, tim dokter sudah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu
memprihatinkan dengan berat badan yang tidak sampai 11 kg. Dokter juga
bilang, dari puluhan kasus serupa, hanya tiga orang yang bertahan hidup.
Aku hanya bisa berserah pada Allah SWT.
SEJAK ususnya yang busuk dipotong, Hilal tidak lagi merasakan sakit
pada bagian ususnya. Celakanya, rasa sakit justru berpindah ke bagian
kolostominya. Setiap kali habis makan, makanan itu pasti langsung keluar
melalui lubang anus buatan itu. Saat itulah dinding perutnya merasakan
sakit yang luar biasa. Ia bisa menangis menjerit-jerit kesakitan.
Belum lagi plastik yang menempel untuk menampung feses yang penuh dan
harus diganti dengan yang baru. Double tape yang sering kali dilepas
dan dipasang membuat kulit perutnya iritasi dan perih.
Jika sudah tak bisa menahan sakitnya, Hilal akan berujar, “Udah Hilal
paeh aja! (Hilal lebih baik mati saja!)” Kadang juga ia berteriak minta
maaf kepada Allah dan minta disembuhkan sambil mengatupkan kedua
tangannya. Kasihan anakku.
Setiap hari, selama delapan bulan itu, ia hanya menghabiskan waktunya
di tempat tidur. Hilal hanya mampu berjalan beberapa menit karena jika
terlalu lama ia pasti langsung merasakan sakit di bagian kolostominya.
Setiap malam, ia juga harus tertidur dengan paha diangkat menyentuh ke
perutnya. Katanya, terasa enak dan membantu menahan rasa sakitnya.
Kapok Makan Mi
Agar ia tidak merasa bosan di kamar seharian, aku mengalihkan rasa
sakitnya dengan mengajarinya membaca. Awalnya, sih, sekadar membacakan
buku-buku cerita untuknya, tapi lama-kelamaan ia merasa tertarik untuk
membaca. Aku dan Panda bergantian mengajarinya. Tidak terasa, saat ini
ia sudah lancar membaca, lo.
Memang, sebetulnya Hilal anak yang sangat pintar dan aktif.
Sebelumnya ia tidak pernah sakit dan sangat penurut. Namun, sejak
kelahiran adiknya dua bulan lalu, Ilham Haki, ia menjadi lebih manja
padaku. Ia melarangku menggendong dan menyusui adiknya. Aku, sih, maklum
saja karena dia masih sakit dan mungkin takut rasa sayangku direbut
oleh adiknya.
Sekarang Hilal sudah bisa berjalan lagi. Memang, sih, masih sedikit
bongkok, tapi aku yakin dalam waktu dekat ia bisa berdiri dan berjalan
dengan sempurna. Katanya, ia ingin segera sekolah.
Yang membuatku lega, sejak sakit itu, Hilal trauma dengan mi instan.
Bahkan melihatnya saja, dia seakan tak sudi. Beda dengan dulu, sekarang
ia sangat senang mengonsumsi makanan sehat, seperti sayur, daging, buah,
dan susu. Susu memang dianjurkan dokter untuk membantu memperbaiki
kondisi dan kinerja ususnya.
Mudah-mudahan ia bisa segera sembuh dari sakitnya dan menjadi anak yang pintar serta berprestasi di sekolahnya nanti.