Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:“Karena itu ingatlah kamu kepadaKu
niscaya Aku ingat kepadamu {dengan memberikan rahmat dan pengampunan}.
Dan bersyukurlah kepadaKu serta jangan ingkar ”. . “Hai orang-orang yg
beriman berdzikirlah yg banyak kepada Allah {dengan menyebut namaNya}”. .
“Laki-laki dan perempuan yg banyak menyebut Allah maka Allah
menyediakan utk mereka pengampunan dan pahala yg agung”. {Al-Ahzaab
33:35}.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.Berikut adalah
keutamaan-keutamaan dzikir yang disarikan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah
dalam kitabnya Al Wabilush Shoyyib. Moga semakin memotivasi untuk tidak
lalai dari dzikir, apalagi dzikir yang banyak disebut kalam Allah yaitu
majelis ilmu yang mengkaji Al Kitab dan Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Salah satu tanda kepribadian seorang muslim itu adalah berdzikir. Kita
dianjurkan berdzikir setiap saat, dari bangun hingga tidur kembali.
Secara harfiah, arti dzikir adalah mengingat Allah dengan menyebut
nama-nama-Nya.
Insya Allah, dengan membiasakan lidah untuk
mengucap kalimat-kalimat thayyibah, akan semakin mempertinggi ma’rifat
kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan dekat kepada Allah, hati
jadi tenang. Berikut ini adalah tujuh kalimat thayyibah yang harus
menjadi penghias bibir umat setiap waktu.
1. Bismillahirrahmanirrahim.
Diucapkan
setiap kita mengawali segala perbuatan. Insya Allah, jika lidah kita
terbiasa, perbuatan ini sudah menjadi refleks kita, maka akan lebih
mudah bagi kita untuk menjaga diri dari perbuatan buruk. Karena
senantiasa kita diingatkan bahwa ada Allah yang melihat perbuatan kita.
Kalimat
ini sekaligus mengingatkan kita, bahwa segala sesuatu adalah milik
Allah, termasuk diri kita yang hina ini. Juga setiap perbuatan kita,
hendaknya semua berada di garis yang ditetapkan Allah.
Dalam
sebuah hadis Rasulullah menyatakan, “Bahwa setiap perbuatan baik yang
tidak dimulai dengan kalimat basmalah, maka perbuatan itu tak berkah.”
2. Alhamdulillah
Inti
dari ucapan dzikir ini adalah ungkapan rasa syukur atas karunia dan
rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sesungguhnyalah, pancaran perasaan
syukur adalah energi kehidupan yang sangat besar bagi manusia. Mereka
yang paling banyak bisa bersyukur, berarti telah memiliki yang terbanyak
dibanding orang lain. Mengenai hal ini difirmankan dalam QS. Ibrahim
ayat 7, bahwa Allah akan menambah rahmat nikmat-Nya kepada mereka yang
mampu bersyukur.
Dengan mengucap kalimat ini setiap selesai
melakukan satu pekerjaan, manusia seakan menguatkan keyakinannya bahwa
tak akan pernah terjadi sesuatupun tanpa campur tangan Allah. Jika
sesuatu itu baik, dirasakan sebagai pertolongan Allah. Jika sesuatu itu
kurang baik, tetap disyukuri dengan berkeyakinan bahwa itupun sudah
lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Dan manakala seseorang
telah terbiasa mengucap syukur untuk hal-hal yang kecil, maka ketika
Allah menganugerahkan nikmat yang sedikit lebih besar, maka kenikmatan
yang dirasakan orang tersebut akan berlipat ganda.
3. Astaghfirullah
Difirmankan
dalam QS. Ali Imran 135, “Orang-orang yang berbuat kekejian atau
menzalimi dirinya lalu ingat kepada Allah, maka minta ampunlah untuk
mereka atas dosa-dosa yang dilakukan.”
Sungguh Maha Suci Allah
Yang Maha Sempurna. Setelah Ia ciptakan manusia sebagai makhluk hidup
yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Ia berikan ‘obat’
bagi kekhilafan tersebut. Bagi mereka yang pandai meminum obat ini,
maka mereka tak akan terserang penyakit hati yang lebih serius. Allah
Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertobat begitu sadar
telah berbuat khilaf.
Ummat Islam harus membasahkan bibir mereka
dengan istighfar ini, sehingga noda-noda dosa yang sempat menempel
sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera menumpuk menjadi noktah
hitam yang tebal. Semakin lama noda-noda ini tertumpuk, akan menjadi
semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah bahwa kebanyakan
kesalahan besar berawal dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak
dibenahi.
Sayangnya, seringkali manusia terlambat menyadari
kekhilafannya itu. Untuk menghindari keterlambatan tobat, maka
dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan dzikir ini setiap hari, terutama
setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri, yang sudah dijamin
ma’shum, (terjaga dari dosa), dalam sehari mengucap istighfar setidaknya
100 kali.
4. Insya Allah
Diucapkan ketika seseorang
berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Dzikir ini
akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah adalah di atas segalanya.
Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi detik setelah ini. Itu
sebabnya, tak akan pernah ada janji yang diikat 100 % antar manusia,
kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah (QS. Al Kahfi, 23-24).
Sayangnya,
banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga berkembang
anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk
tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam
sebagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang memandang negatif
kalimat ini.
Adalah tanggung jawab kita bersama, kaum muslim,
untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari
kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan berarti niat untuk
melanggar. Akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan
ditepati secara logika manusia, disertai kepasrahan terhadap kehendak
Allah yang sewaktu-waktu bisa membuyarkan rencana.
5. Laa Haula walaa quwwata illaa billaah.
Dzikir
yang merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan ke-Maha Kuasanya
Allah ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber’azam).
Kalimat thayibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang.
Setelah berupaya nyata mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil,
dilanjutkan dengan tawakal kepada Allah, yang dinyatakan dalam sikap
menerima resiko apapun yang terjadi nantinya akibat diputuskannya
keputusan tadi. (Qs Ali Imran : 159).
6. Laa Ilaaha Illallah
Banyak
hadis nabi Muhammad yang menyebutkan keutamaan kalimat thayibah ini.
Bahkan disebutkan pula sebagai kunci pintu surga. Dalam prakteknya,
masih banyak muslim yang terus menerus melafalkan kalimat ini dalam
setiap kesempatan, sayangnya, masih hanya sekedar refleks bibir saja.
Padahal,
andai seseorang mengucapkan dzikir ini sembari mengupas hikmahnya,
sungguh nikmat dan manfaatnya akan diperoleh tiada habis-habisnya.
Karena penjabaran arti dari kalimat ini begitu luasnya. Dan manfaatnya
pun bisa dirasakan di setiap waktu dan dalam kondisi apapun. Intinya
satu; mengingat kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
7. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
Sungguh
benar bahwa manusia adalah milik Allah, dan setiap inci pergerakan
tubuhnya beradadalam genggaman Nya. Namun kenyataan bahwa segala sesuatu
itu pasti kembali kepada pemiliknya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tak
jarang sulit untuk bisa diterima manusia. Dzikir yang diucapkan di saat
menghadapi musibah ini akan membantu kita untuk mengingat akan hal ini.
Insya
Allah, dengan membiasakan meresapi hikmah kalimat ini, kita menjadi
lapang dada dalam menghadapi setiap peristiwa, seburuk apapun, yang
sudah menjadi takdir kita. Semakin dalam seseorang menghayati hikmah
dzikir ini, semakin ringan dia menghadapi kehidupan yang berat ini,
tanpa harus menghadapi stress maupun depresi.
KEUTAMAAN BERDZIKIR :
1. Mengusir setan.
2. Mendatangkan ridho Ar Rahman.
3. Menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.
4. Hati menjadi gembira dan lapang.
5. Menguatkan hati dan badan.
6. Mmenerangi hati dan wajah.
7. Mendatangkan rizki.
8. Orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
9. Mendatangkan cinta Ar Rahman yang merupakan ruh Islam.
10.
Mendekatkan diri pada Allah sehingga memasukkannya pada golongan orang
yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
11.
Mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Semakin seseorang kembali pada Allah dengan banyak berdzikir pada-Nya,
maka hatinya pun akan kembali pada Allah dalam setiap keadaan.
12.
Seseorang akan semakin dekat pada Allah sesuai dengan kadar dzikrnya
pada Alalh Subhanahu Wa Ta'ala. Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun
akan semakin jauh dari-Nya.
13. Semakin bertambah ma’rifah (mengenal Allah). Semakin banyak dzikir, semakin bertambah ma’rifah seseorang pada Allah.
14.
Mendatangkan rasa takut pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan semakin
menundukkan diri pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir, akan
semakin terhalangi dari rasa takut pada Allah.
15. Meraih apa yang Allah sebut dalam ayat
,فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ“
Ingatlah
pada-Ku, maka Aku akan melihat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152).
Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat
ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.
16. Hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟“
Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
17.
Hati dan ruh semakin kuat. Jika seseorang melupakan dzikir maka
kondisinya sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim
rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali
pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai
beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini
adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini,
hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.
18.
Dzikir menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya
hati adalah disebabkan karena lalai dari dzikir pada Allah. Sedangkan
kilapnya hati adalah dzikir, taubat dan istighfar.
19. Menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan menghapus kejelekan.
20. Menghilangkan kerisauan. Kerisauan ini dapat dihilangkan dengan dzikir pada Allah.
21. Ketika seorang hamba rajin mengingat Allah, maka Allah akan mengingat dirinya di saat ia butuh.
22. Jika seseorang mengenal Allah dalam keadaa lapang, Allah akan mengenalnya dalam keadaan sempit.
23. Menyelematkan seseorang dari adzab neraka.
24. Dzikir menyebabkan turunnya sakinah (ketenangan), naungan rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat.
25.
Dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah
(menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil.
26. Majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir adalah majelis setan.
27. Orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang di sekitarnya.
28. Dzikir akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
29. Karena tangisan orang yang berdzikir, maka Allah akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.
30. Sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada peminta-minta.
31. Dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
32. Dzikir adalah tanaman surga.
33. Pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir, tidak diberikan pada amalan lainnya.
34.
Senantiasa berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang tidak mungkin
melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah adalah sebab sengsara dirinya
dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang melupakan
Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk dirinya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ“
Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang
yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)
35. Dzikir mudah menggerakkan hamba.
36. Dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
SEMOGA KITA BISA MENGAMALKANNYA
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Allah Subhana wa ta'ala berfirman:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu
(dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku,
serta jangan ingkar (pada nikmat-Ku)” (QS. Al Baqarah: 152)
“Hai orang-orang yang beriman ber-dzikirlah yang banyak kepada Allah (dengan menyebut nama-Nya)” (QS. Al Ahzaab: 41)
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah
menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang agung” (QS. Al
Ahzaab: 35).
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut (pada siksaan-Nya), tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore
hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”
(QS. Al A’raf: 205)
Rasulullah SAW bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang menyebut (nama) Tuhannya dengan orang yang tidak
menyebut (nama)-Nya, laksana orang hidup dengan orang yang mati ”.
Rasulullah SAW juga bersabda:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ الله َفِيْهِ وَ الْبَيْتِ الَّذِي لَا يُذْكَرُ الله فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّت
“Perumpamaan rumah yang digunakan untuk zikir kepada Allah dengan rumah
yang tidak digunakan untuknya, laksana orang hidup dengan yang mati”.
Rasulullah juga bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ
مَلِيْكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فيِ دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ
إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرَقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوا
عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟
قَالُوا بَلَى. قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى.
“Maukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci disisi
rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari
infaq emas atau perak, dan lebih baik bagimu dari-pada bertemu dengan
musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?”.
Para shahabat yang hadir berkata: “Mau wahai Rasulullah!”. Beliau
bersabda: “Dzikir kepada Allah yang Maha Tinggi”.
Allah SWT Yang Maha Tinggi berfirman (Dalam hadits Qudsi):
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ
ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي
مَلاَءٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلاَءٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ
شِبْراً تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعاً وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعاً
تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعاً وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ
هَرْوَلَةً.
“Aku terserah persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya (memberi rahmat dan
membelanya) bila dia menyebut nama-Ku. Bila dia menyebut nama-Ku dalam
dirinya, aku menyebut namanya pada diri-Ku. Bila dia menyebut nama-Ku
dalam perkumpulan orang banyak, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang
lebih banyak dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal (dengan
melakukan amal shaleh atau berkata baik), maka Aku mendekat kepadanya
sehasta. Bila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat
kepadanya sedepa. Bila dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa),
maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat (lari)”.
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَاِئعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ
فَأَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ: لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ
رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللهِ
“Dari Abdullah bin Busr r.a dia berkata: Sesungguhnya seorang laki-laki
berkata: “Wahai Rasulullah! sesungguhnya syari’at Islam telah banyak aku
terima, oleh karena itu, beri tahulah aku sesuatu hal buat peganganku”.
Beliau bersabda: “Tidak henti-hentinya lidahmu basah karena dzikir
kepada Allah (lidahmu selalu mengucapkannya) ”.
مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ،
وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ لَكَ ((آلـم)) حَرْفٌ
وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran, akan mendapatkan
satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh
semisalnya. Aku tidak berkata: Alif Laaam Miim, satu huruf. Akan tetapi
alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf ”.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ
الله وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ فَقَالَ: أَيـُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ
كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيْقِ فَيَأْتِي مِنْهُ
بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ؟
فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: أَفَلاَ يَغْدُو
أَحَدُكُمْ إِلىَ الْمَسْجِدِ فَيُعَلِّم، أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ
كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلاَثٌ
خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ
أَعْدَادِهِنَّ مِنَ اْلإِبِلِ.
“Dari Uqbah bin Amir berkata: “Rasulullah keluar, sedangkan kami
berada di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda: “Siapakah
diantara kamu yang senang berangkat pagi setiap hari ke Buthan atau Al
Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya tanpa
mengerjakan dosa dan memutus silaturrahmi?” kami (yang hadir) berkata:
“Yaa kami senang ya Rasulullah!”, lalu beliau bersabda: “Seseorang di
antara kamu berangkat pagi ke mesjid, lalu mengajar atau membaca dua
ayat Al Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila
mengajar atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh
tiga (unta). Dan (bila membaca atau mengajar) empat ayat akan lebih baik
baginya daripada memperoleh empat (unta) dan dari seluruh bilangan
unta”.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَعَدَ مَقْعَداً لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَـتْ عَلَيْهِ مِنَ
اللهِ تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَــــعَ مَضْجَـعاً لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ
كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ.
“Siapa yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di
dalamnya, maka dia akan mendapat sesuatu yang tidak disenangi dari
Allah. Barang siapa yang berbaring di suatu tempat, lalai tidak
berdzikir kepada Allah, maka dia akan mendapatkan sesuatu yang tidak
disenangi dari Allah”.
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِساً لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ
يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ فَإِنْ شَاءَ
عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ.
“Apabila suatu kaum duduk di majlis, lantas tidak berdzikir kepada Allah
dan tidak membaca shalawat kepada Nabi-Nya, niscaya mereka mendapat
sesuatu yang tidak disenangi dari Allah. Apabila Allah berkehendak, maka
Dia akan menyiksa mereka; dan apabila tidak, Allah akan mengampuni dosa
mereka”.
مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ
إِلاَّ قَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةٌ
“Setiap kaum yang berdiri dari suatu majlis, yang mereka tidak berdzikir
kepada Allah di dalamnya, maka mereka laksana berdiri dari bangkai
keledai dan mereka akan menyesal (di hari kiamat) ”.
Sekian semoga membantu.
Baca juga