Oleh:
Syaikh Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Husaini / Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam
Kebahagiaan
dan kesejahteraan masyarakat dimulai oleh kebahagiaan dan kesejahteraan
setiap rumah tangga. Kebahagiaan rumahtangga dimulai dari kebahagiaan
setiap individunya yaitu: suami, isteri dan anak-anaknya.
Ada
10 point terpenting yang mesti kita pahami agar pernikahan dan rumah
tangga kita dipenuhi keberkahan dan kebahagiaan lahir dan batin, yaitu:
1. Memahami dan Mengerti Tujuan dan Hakikat Pernikahan
Tujuan pernikahan di antaranya:
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur
3. Untuk Menundukkan Pandangan.
4. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
5. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
6. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
2. Memahami, Mengerti dan Mengamalkan Adab, Akhlak, dan Tugas Seorang Suami
- Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
- Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
- Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)
- Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)
- Diantara
kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah
(makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil
jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
- Jika istri berbuat
‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara
berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan
pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah:
Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
- Orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya
dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
- Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
- Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
- Hendaklah
jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya
terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan.
(Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
- Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)
- Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)
- Suami
wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian,
tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang
kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
- Suami wajib selalu
memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya
untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim :
6, Muttafaqun Alaih)
- Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
- Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
- Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
- Apabila
istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib
mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa.
(AIGhazali)
- Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)
3. Memahami, Mengerti dan Mengamalkan Adab, Akhlak dan Tugas Seorang Isteri
- Mengutamakan Berada di Rumah. Kenapa
saya tulis “mengutamakan”, karena pada masa emansipasi wanita ini
banyak wanita karir dan menjadi pensuport perekonomian rumahtangga,
namun bila sang suami sudah mampu mencukupi kebutuhan rumahtangga,
khususnya dibidang ekonomi, dan sudah disepsksti kalau si wanita tidak
bekerja, maka hendaknya sang istri punya rasa betah untuk berada di
rumah karena firman Allah yang berbunyi:“Dan hendaknya kamu tetap
tinggal di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti
orang jahiliyyah yang dahulu” (QS Al Ahza: 33)
- Mengutamakan Tugas Rumah. Walau
punya jabatan apapun si wanita di tempat kerjanya, sekertaris atau
direktur sekalipun, tugas utama ibu rumahtangga tidak boleh
dinomorduakan, karena jabatan ibu rumahtangga lebih tinggi derajatnya
daripada jabatan seorang ibu direktur.
- Tidak Berkunjung Kecuali Penting. Di
sini Islam menjaga dan menjauhkan kita dari kebiasaan bergunjing dengan
tetangga, kecuali untuk tujuan yang penting sebaiknya hindari terlalu
sering berkunjung ke tetangga.
- Menyenangkan Saat Dilihat Suami. Wanita
yang benar dalam islam adalah wanita yang berusaha bisa menyenangkan
suami, saat dilihat menciptakan rasa damai dan sejuk bagi suami,
menjalankan segala perintah suami, bermuka ceria, bersolek dan berdandan
buat suami, sikap seorang wanita salah satu penentu keharmonisan
rumahtangga.
- Memelihara Kehormatan Diri Ketika Suami Tidak Ada. Wanita
yang benar adalah yang menjaga martabat rumahtangganya bila sang suami
tidak ada di rumah untuk menunaikan tugas kerja atau untuk tujuan yang
lain, baik untuk kepergian dalam waktu dekat maupun dalam waktu lama,
bagaimana cara menjaga kehormatan diri? yaitu dengan tidak mengijinkan
masuk laki-laki lain ke dalam rumah bila sang suami tidak ada di tempat,
karena dengan adanya laki-laki lain tanpa kehadiran suami akan
menimbulkan bahaya dan juga gunjingan bahkan bisa juga fitnah dari
masyarakat sehingga hal itu akan menggangu keharmonisan rumah tangga.
- Tidak Menghindari Suami. Istri yang baik adalah istri yang selalu dekat dengan suami, tidak ada niatan menghindari suami meskipun suasana hati lagi bad mood ataupun lagi ada masalah rumahtangga, karena dosa akan menanti si wanita bila menghidar dari suami.
- Menjaga Kehormatan Suami. Wajib bagi seorang istri untuk menjaga kehormatan suami, menjaga harta dan rumahtangganya.
- Bermuka Ceria. Walau
ada permasalahan rumahtangga sebisa mungkin tetap ceria, tetap bermuka
manis, dengan begitu permasalahan tidak membesar, bisa diredam dan
diharapkan secepatnya bisa harmonis lagi.
- Tidak Mencolok & Menghindari Keramaian Bila Keluar Rumah. Tidak
mencolok di sini bermaksud untuk tidak terlalu berias, tidak menarik
perhatian sesama pengguna jalan dengan tujuan untuk menhindari dosa mata
dari laki-laki lain yang melihat dan menghindari kejahatan yang
tercipta dari penampilan berlebihan seorang wanita.
- Tidak Mengeraskan Suara. Bagi
wanita suara adalah mahkota, orang akan melihat positip dan negatif
seorang wanita dari keras atau lembut wanita itu mengeluarkan suaranya.
- Perhatian Terhadap Rumahtangga. Seorang
istri punya tanggungjawab untuk memperhatikan suasana dirumahtangganya,
baik jasmani maupun ronahi para anggota keluarga, contoh: apakan
anak-anaknya sudah sarapan, apakan suaminya sudah sholat, dll.
- Ikhlas dengan Pemberian Suami. Banyak
atau sedikit, lebih atau kurang bisa menerima dengan qana’an pemberian
itu sebagai rizki dari Allah yang diberikan pada dia dan keluarga.
- Mendahulukan Hak Suami. Wanita
yang sudah berkeluarga harus siap jadi makmum sang suami, disitu juga
dia siap mendahulukan kepentingan suami di atas kepentungannya.
- Selalu Bersih di Depan Suami. Seorang istri dituntut rapi, bersih, wangi,dan berias untuk suaminya, bukan untuk orang lain.
- Menyayangi, Menjaga & Tidak Menghina Anak Suaminya. Bila
suaminya punya anak dari rumahtangganya yang terdahulu dan dibawa masuk
kedalam lingkup rumahtangganya yang baru, si istri juga harus ikut
merawat anak-anak tersebut seperti dia memperlakukan anak sendiri dan
tidak ada caci maki atau hinaan pada anak tersebut.
- Menundukkan Pandangan dari Barang Haram. Ini dilakukan dengan maksud untuk melindungi istri dari barang maksiat yang dilarang oleh syariat agama.
- Membiasakan Diri Bermuraqabah. Ini
dilakukan dengan maksud untuk menjaga diri istri, menghapus kelalaian
dengan dzikir akan mendekatkan diri pada Allah sang pencipta.
- Perbanyak Puasa. Dengan
banyak puasa ankan sangat bermanfaat bagi istri, anak dan keluarganya,
kebiasaan berriyadhan atau berlaku hidup prihatin seperti ini akan
bermanfaat untuk masa depan anak dengan harapan menjadi anak
soleh/solihan, taat orang tua dan berguna bagi negara serta agamanya.
- Mendorong Suami Mencari Rizki Halal. Dengan
rizki yang halal maka akan tumbuh anak & keluarga yang dekat dengan
agama, anak yang soleh & Solihah, dan sebaliknya, dengan rizki yang
haram akan menjauhkan anak & keluarganya dari agama.
- Tidak Banyak Menuntut Suami dalam Nafkah. Nafkah
lahir yang sewajarnya, dalam batas kemampuan suami, karena dengan
menuntut yang diluar kewajaran akan membuat suami dalam tekanan, bahkan
bisa juga akan berusaha mencari nafkah dengan segala cara untuk memenuhi
tuntutan istri tersebut, seperti: korupsi, mencuri, dan hal ilegal
lainnya, kalau seperti ituakhirnya sama saja memasukkan keluarganya
dalam lingkaran kemungkaran.
- Punya Rasa Malu. Punya rasa malu untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
- Sopan Pada Teman Suami. Menghormati tamu dan teman suami, menjaga martabat dan kehormatan sebagai seorang istri di mata mereka.
- Memperdalam Ilmu Agama. Memperbanyak
ilmu agama adalah tuntutan sebagai wakil suami dalam memimpin
rumahtangga, dengan bekal agama insya Allah arah berkeluarga tetap
dijalur yang tepat.
4. Meluruskan Niat/Motivasi Saat Menikah(Ishlahun Niyat)
Siapa
yang ingin menikah maka luruskan niat kita dulu. Niat menikah tentunya
karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena menikah adalah ibadah. Karena
menikah juga merupakan perintah-Nya. Sebagaimana Allah berfirman di
dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 32. “Dan nikahkanlah
orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak
(menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kaurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. An-Nur : 32).
Nikah
juga merupakan perintah dan sunnah Nabi, jadi dalam proses nikah hingga
pasca pernikahan nanti kita wajib mencontoh Nabi. Contohnya ketika
diawal memilih pasangan hidup menurut Nabi hendaknya yang dipilih adalah
agamanya, kemudian pada saat walimatul ursy sebaiknya tidak berlebihan
karena kita tahu Nabi mengajarkan kita untuk selalu bersikap hidup
sederhana (tidak boros) dan dalam berumah tangga hendaknya kita
membiasakan diri dengan adab dan akhlak seperti yang dicontohkan Nabi
Muhammad SAW. Perhatikan adab dan akhlak seorang isteri ke suami, adab
dan akhlak suami kepada istri, adab dan akhlak anak-anak kepada kedua
orang tua dan mertua, dan adab dan akhlak orang tua dalam mendidik
anak-anaknya.
5. Sikap Saling Terbuka dan Jujur (Mushorohah)
Sikap
saling terbuka disini adalah ketika sudah menjadi suami dan istri maka
hal–hal yang sebelumnya haram menjadi halal. Misalnya secara fisik kita
sudah halal untuk bersentuhan. Selain itu juga sikap saling keterbukaan
ini dapat memupuk sikap saling percaya (tsiqoh) di antara suami dan
istri karena adanya rasa keinginan saling mengenal satu dengan yang
lainnya entah itu sifat kepribadian, kebiasaan, kesenangan,
ketidaksukaan sehingga suami/istri merasa nyaman.
6. Sikap Toleran dan Saling Menghormati (Tasamuh)
Sudah
pasti ketika berumah tangga suami dan istri memiliki kebiasaan,
pemikiran yang berbeda-beda sehingga akan timbul konflik/perdebatan
dalam rumah tangga. Sehingga sikap toleran ini sangat penting bagi
kehidupan suami istri untuk memujudkan keluarga yang tetap harmonis. Dan
dalam hal ini sikap toleran juga menuntut adanya sikap saling
memaafkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al Afwu yaitu memaafkan orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu memaafkan orang lain walaupun tidak diminta, dan (3) Al-Maghfiroh yaitu memintakan ampun pada Allah untuk oran lain.
7. Komunikasi Yang Baik, Berakhlak, Santun dan Saling Menghargai
Komunikasi
ini sangat penting karena dengan komunikasi akan meningkatkan sikap
saling cinta antar pasangan. Komunikasi juga untuk menghindari
terjadinya kesalahpahaman. Karena beberapa keluarga yang tetap harmonis
kuncinya adalah komunikasi yang tetap terjaga dan tidak pernah putus.
Apalagi bagi suami dan istri yang memiliki kesibukan masing-masing,
sehingga dengan komunikasi ini memberikan rasa perhatian, saling
mendengar, dan memberikan respon. Zaman sekarang komunikasi sudah cukup
canggih bisa via telephone, email, whats app, skype, dan sebagainya.
Point komunikasi ini bisa mengingatkan kita kepada kisah keluaraga Ibrahim As. Dalam surah As-Shaaffat ayat 102. “Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. As-Shaaffat: 102).
Ibroh
yang dapat diambil dari ayat tersebut adalah komunikasi timbal balik
antara orang tua dengan anak. Nabi Ibrahim mengutarakan pendapatnya
dengan bahasa dialog bukan menetapkan keputusannya sendiri, sehingga
adanya keyakinan yang kuat kepada Allah, adanya tunduk dan patuh atas
perintah Allah dan adanya tawakal kepada Allah SWT, sehingga Allah
menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.
8. Sabar dan syukur
Yah,
sabar dan syukur dalam berumah tangga memang sangat dianjurkan.
Pasalnya setiap ujian dalam berumah tangga harus disikapi dengan rasa
sabar seperti pada pasangan suami/istri terdapat kekurangan/kelemahan
sehingga perlu disikapinya dengan sabar. Kemudian disikapi rasa syukur
atas rezeki yang Allah berikan kepada suami dan tidak banyak menuntut
khusus untuk istri karena kebanyakan penghuni neraka adalah kaum wanita,
disebabkan istri yang kurang bersyukur terhadap pemberian suaminya. Dan
apabila kita bersyukur maka Allah akan melebihkan nikmatNya lagi untuk
kita. Bisa dilihat dalam firman Allah surah Ibrahim ayat 7: “Dan
(ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih”
(QS.Ibrahim : 7).
9. Sikap yang santun dan bijak
Sikap
santun dan bijak dari seluruh anggota keluarga dalam berinteraksi
kehidupan berumah tangga ini perlu dilakukan karena akan menciptakan
suasana yang nyaman dan indah. Sehingga suasana ini membuat penghuni
rumah betah tinggal di rumah. Sebagaimana ungkapan bahwa “Rumahku adalah
Syurgaku” bukan berarti fasilitas yang lengkap dan rumah tinggal yang
luas akan tetapi ada suasana interaktif antar keluarga; suami istri dan
anak-anak yang penuh kesantunan dan bijaksana. Sehingga menimbulkan
suasana yang penuh keakraban, kedamaian, dan cinta kasih antar keluarga.
Oya
sikap santun dan bijak merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang
mapan. Ketika kondisi ruhiyah seorang itu labil maka ada kecenderungan
bersikap emosional dan marah, karena syetan akan mudah mempengaruhinya.
Oleh karena itu Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita agar jangan
mudah marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah maka bersegeralah menahan
diri dengan beristighfar dan mohon perlindungan kepada Allah dengan
(taawudz billah), bila masih merasa marah maka hendaknya berwudhu dan
mendirikan sholat. Karena sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat
tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun bagi orang yang
dimarahi. Oleh sebab itu dalam berumah tangga harus ada saling memaafkan
bila terjadi kemarahan dan Allah menyukai orang yang suka memaafkan.
10. Kuatnya hubungan dengan Allah
Sudah
pasti kalau kita menginginkan rumah tangga yang tetap harmonis,
hubungan kita dengan Allah harus diperkuat, karena dengan begitu akan
menghasilkan keteguhan hati (kemampanan ruhiyah), sebagaimana dalam
firman Allah disurah Ar-Rad’u ayat 28 “ (yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Rad’u :
28)
Rasulullah SAW juga selalu memanjatkan doa agar mendapatkkan keteguhan hati : Yaa
muqollibal qulub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thooatika” (Wahai
yang membolak-bailikan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten
dalam dien-Mu dan dalam menta’atiMu).
Kedekatan kita dengan Allah
bisa dimulai dengan membiasakan dalam keluarga untuk melaksanakan ibadah
nafilah secara bertahap seperti tilawah, shaum, tahajud, Duha, doa,
infaq, doa, matsurat, dan sebagainnya. Karena tanpa adanya kedekatan
dengan Allah mustahil seseorang dapat mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang bahagia.
Akhirnya, Semoga ringkasan saya ini memberikan banyak manfaat terutama bagi yang akan menikah atau yang sudah menikah juga.