Assalamualaikum sahabat blogger ,
Malam ini mendorong tangan saya untuk kembali menekan tombol2 keyboard yang telah lama terlupakan. Kali ini saya ingin menyampaikan sedikit keprihatinan akan sinetron di tanah air tercinta, INDONESIA. Dimana banyak diantaranya yang hanya "MENCARI RATING" untuk meningkatkan daya saing sesama dengan mulai melupakan inti dari judul film/sinetron itu sendiri.
Terserah bagi pecinta sinetron tersebut untuk menilai dan berpendapat akan tulisan saya ini yang terkesan meng-kritik.Sedikit sinopsis yang saya petik dari wikipedia tentang sinetron ini.
Emak Ijah adalah sosok ibu yang sangat sabar, taat dalam beribadah, santun, dan jujur. Semenjak ditinggal sang suami untuk selama-lamanya, Mak Ijah menghidupi anak-anaknya dengan berjualan gado-gado. Seperti umat Muslim pada umumnya, Emak Ijah pun memiliki cita-cita ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Sayang, kondisi keuangan Mak Ijah jauh dari cukup.
Lain halnya dengan Hajah Ida dan Haji Soleh, yang merupakan orang kaya di kampung, sehingga tidak heran jika setiap tahun selalu pergi umrah bersama anak dan menantu. Namun ibadah mereka tidak dibarengi dengan perbuatan, lantaran baik Hajah Ida maupun Haji Soleh selalu pamer kekayaan dan meledek Mak Ijah yang berangan-angan pergi haji. Di sisi lain Anissa, Mira, dan Maryam bersaing untuk mendapatkan cinta Abbas.
Wah , jika melihat dari sinopsis tersebut saya pribadi dapat memberi penilaian akan film/sinetron yang terkesan "SANGAT RELIGIUS" . Yups , itu dapat kita lihat dari lagu tema yang berjudul "Takbir Haji". Lalu dari distributor dan rumah produksinya "Amanah Surga Productions" makin menambah nilai religius dari sinetron ini yang notabene-nya dapat meng-ilhami dan memberi inspirasi dari sinopsis cerita yang telah ditetapkan sebelum sinetron ini dirangcang dengan sangat baik oleh kru yang terlibat guna mencapai kualitas untuk menunjukkan ke-religius-an sinetron ini.
Tapi, seiring persaingan dunia perfilman yang semakin ketat seperti dua petinju yang sedang unjuk kehebatan di atas ring tinju. Boleh, sangat diperbolehkan jika itu adalah persaingan yang sehat dan hebat serta tanpa melupakan dan meninggalkan nilai2 yang semula tertanam dalam judul yang sangat meng-inspirasi penonton dan menjadikan sinetron yang harus untuk dapat ditonton.
Nah, lalu dimana letak kritiknya.?
- Apakah film/sinetron itu sudah mengarah kepada judul-nya sendiri..?
- Apakah nilai2 islam terkandung didalam sinetron tersebut..?
Yups, cukup dua pertanyaan itu saja yang sangat ingin saya sampaikan kepada rumah produksi yang membesarkan sinetron tersebut. Sebelumnya , saya pribadi akan menjawab dua pertanyaan tersebut.
- Apakah film/sinetron itu sudah mengarah kepada judul-nya sendiri..?
- 50:50
- Apakah nilai2 islam terkandung didalam sinetron tersebut..?
- 50:50
:) 50:50 , 50 ya dan 50 tidak . Mengapa..?
Kembali kepada sinopsis sinetron tersebut ,
1 . Emak
Ijah adalah sosok ibu yang sangat sabar, taat dalam beribadah, santun,
dan jujur. Semenjak ditinggal sang suami untuk selama-lamanya, Mak Ijah
menghidupi anak-anaknya dengan berjualan gado-gado. Seperti umat Muslim
pada umumnya, Emak Ijah pun memiliki cita-cita ke Mekah untuk menunaikan
ibadah haji. Sayang, kondisi keuangan Mak Ijah jauh dari cukup.
Disini letak 50 ya, mungkin.
2 . Lain
halnya dengan Hajah Ida dan Haji Soleh, yang merupakan orang kaya di
kampung, sehingga tidak heran jika setiap tahun selalu pergi umrah
bersama anak dan menantu. Namun ibadah mereka tidak dibarengi dengan
perbuatan, lantaran baik Hajah Ida maupun Haji Soleh selalu pamer
kekayaan dan meledek Mak Ijah yang berangan-angan pergi haji. Di sisi
lain Anissa, Mira, dan Maryam bersaing untuk mendapatkan cinta Abbas.
Saya bukan pakar dibidang sinetron yang faham akan nilai2 yang harusnya dapat memberi contoh baik kepada penonton. Akan tetapi saya hanya mencoba mengembalikan ingatan para penonton untuk cerdas dalam memilih dan memilah ( ya itu kembali kepada tujuan sahabat dalam menonton suatu film tanpa terpengaruh akan judul yang sangat memberikan sebuah arti ) . Dan untuk rumah produksi, saya sangat mengagumi karya yang terlahir dari sebuah fikiran cemerlang yang mencerdaskan dan mendidik. Akan tetapi, kekaguman saya mulai mengalami penurunan akibat pencitraan judul yang ber-angsur2 OUT OF TRACK.
Mungkin saat ini, rating sinetron ini sedang melambung dengan sangat indah seperti sebuah umpan dari setiap sisi kepada penyerang yang akan menciptakan GOL pada saat perlombaan atau ajang perebutan sinetron terbaik.
Ulasan pertama saya ini akan saya tutup dengan satu saja pertanyaan kepada setiap pihak.
Apakah kriteria "terbaik" itu selalu diraih dengan segala cara yang salah satunya adalah "mengorbankan" judul/nama yang sedemikian indah.?